Sabtu, 01 Januari 2011


Ke supermarket atau ke mall bagi kebanyakan orang sudah merupakan hiburan, bukan sekadar membeli kebutuhan. Di antara kesempatan “cuci mata” itu dan saat berada di antrian kasir, pernahkah terbersit pertanyaan bagaimana alat pembaca barcode harga barang bekerja?Apabila kita perhatikan pada sebagian besar barang yang ada di pasar-pasar swalayan. Juga di sampul belakang buku atau kartu identitas tertentu. Inilah yang disebut kode garis. Kode garis atau barcode (baca bar kod) ternyata ada di sekeliling kita!



Barcode merupakan instrumen yang bekerja berdasarkan asas kerja digital, maka kita yang menyukai dunia komputer pasti tertarik memahami cara kerjanya. Kode baris atau barcode ini terdiri dari deretan-deretan garis hitam tebal dan tipis berselang-seling, dengan huruf atau deretan angka di bawahnya.

Pada konsep digital, hanya ada dua sinyal data yang dikenal dan bersifat boolean, yaitu 0 atau 1. Ada arus listrik atau tidak ada (dengan besaran tegangan tertentu, misalnya 5 Volt dan 0 Volt). Barcode menerapkannya pada batang-batang baris kodenya yang terdiri dari warna hitam dan putih. Warna hitam mewakili bilangan 0 dan warna putih mewakili bilangan 1. Mengapa demikian? Karena warna hitam akan menyerap cahaya yang dipancarkan oleh alat pembaca barcode, sedangkan warna putih akan memantulkan balik cahaya tersebut.

Sistem yang sering dipakai adalah pengkodean biner. Tiap garis mewakili angka 1 dan sela kosong berarti 0. American Standard Code for Information Interchange (ASCII) atau Kode Standar Amerika untuk Pertukaran Informasi menyusun daftar kode biner tujuh digit untuk membuka kode garis.

Setiap kode garis memiliki ruangan untuk 113 baris. Karena memakai kode biner tujuh digit, satu kelompok tujuh garis (sela kosongnya juga dihitung) mewakili satu angka.
Selain melambangkan angka, ada pula kode garis yang melambangkan huruf dan karakter khusus, seperti $, + dan sebagainya.

Selanjutnya, masing-masing batang pada barcode memiliki ketebalan yang berbeda. Ketebalan inilah yang akan diterjemahkan pada suatu nilai. Mengapa demikian? Karena ketebalan batang barcode menentukan waktu lintasan bagi titik sinar pembaca yang dipancarkan oleh alat pembaca.

Kode garis atau barcode dapat memberi informasi tentang suatu barang dengan lebih cepat dan akurat, karena informasi ini di-simpan dalam komputer. Cara menyimpan dan membongkar informasi ini dengan menggunakan scanner (pelarik). Pelarik inilah yang membaca kode garis pada suatu barang. Kode garis itu lalu dikirim ke komputer oleh pabrik. Komputer membacanya dan mengubah maknanya agar dapat dibaca oleh kita. Tentu saja dengan cepat dan akurat!

Adapun kegunaan kode baris antara lain adalah:

  1. Untuk mengelompokkan, menandai atau mengidentifikasi barang, buku atau kartu dengan lebih mudah. Pabrik menggunakannya untuk memudahkan penjualan dan penyimpanan barang. Kalau di perpustakaan, kode garis digunakan untuk memudahkan pustakawan memperoleh informasi mengenai status suatu buku, sedang dipinjam atau tidak, siapa yang meminjam dan sebagainya dengan cepat dan akurat. Identitas pemilik kartu anggota perpustakaan yang memiliki kode garis, misalnya lebih cepat diketahui dan memudahkan proses peminjaman dan pengembalian buku.
  2. Untuk mengetahui harga barang. Pasar-pasar swalayan menggunakannya untuk mengetahui harga suatu barang dengan lebih cepat dan benar.
  3. Untuk mengetahui tempat asal barang. Angka tertentu yang tertera pada kode garis mewakili negara dan pabrik asal barang.
  4. Untuk mempercepat pengecekan barang. Pabrik akan dengan cepat mengetaui informasi tentang suatu barang dari pasar swalayan. Berapa jumlah barang yang terjual, misalnya.
  5. Untuk mengurangi kesalahan pengetikan. Kesalahan pengetikan harga barang, jenis barang, asal barang dan data-data lainnya dapat dihindari jika menggunakan garis.

0 komentar:

Posting Komentar