Terlebih, ada yang berbeda dalam pertandingan kemarin. Permainan timnas tak berkembang saat bertandang ke stadion Bukit Jalil, Malaysia. Ini tentu berbeda saat Firman Utina dkk merebut kemenangan beruntun sejak babak penyisihan grup hingga semifinal melawan Filipina.
Pelatih Alfred Riedl menuding faktor nonteknis ikut mempengaruhi kekalahan timnas. Ada lampu laser yang menyorot mata kiper Markus Haris Maulana, ditambah gol perdana striker Moh. Safee yang meruntuhkan mental juang tim Merah Putih. Ada juga kegiatan tetek bebek yang digelar PSSI, sehingga mengganggu konsentrasi pemain.
PSSI berkilah jika tudingan Riedl tak sepenuhnya benar. Induk sepakbola Indonesia ini mengaku telah bekerja maksimal. Meskipun, mereka sepakat dengan Riedl jika ada ganggungan nonteknis yang mempengaruhi kekalahan timnas. Ketua Umum PSSI Nurdin Halid menyebut ada serbuk berbahaya yang sengaja disebar Malaysia di depan gawang Markus.
Tim PSSI telah menyelidiki dan melaporkan serbuk berbahaya yang bisa menyebabkan alergi dan gatal-gatal bila terkena kulit. “Markus sampai mengalami bengkak-bengkak,” katanya.
Dalam keseluruhan persoalan ini ada yang luput dari sorotan publik. Bisa jadi kekalahan ini ikut dipengaruhi oleh bandar judi yang ingin meraup keuntungan berlipat-lipat dari kekalahan timnas. Meskipun fakta ini masih perlu dibuktikan. Namun, mantan pemain timnas IGK Manila telah mengingatkan ada upaya untuk melemahkan timnas dari dalam.
Salah satu hal yang disebutnya berpotensi menggerogoti permainan timnas adalah bandar judi yang bergentayangan. Terlebih di Malaysia, judi sudah dilegalkan dan memiliki omzet miliaran rupiah dalam sekali pertandingan. Karenanya, mereka tidak akan segan melakukan cara kotor untuk memengaruhi hasil pertandingan, menjadi seperti yang mereka inginkan.
Ia mengilustrasikan jika di pasaran judi Indonesia diunggulkan menang. Maka, bagaimana caranya bandar-bandar judi itu akan berusaha untuk membuat Indonesia kalah. Karena, dengan begitu mereka akan mendapatkan keuntungan melimpah.
Selama ini memang tidak pernah terbukti ada pemain yang berhasil disuap oleh bandar judi. Tapi, dengan jumlah sogokan yang mencapai ratusan sampai miliaran rupiah, bisa membuat siapa saja tergiur.
“Saya berharap semua komponen dalam timnas mampu menjaga mental mereka, agar tidak menyesal di kemudian hari,” kata mantan pelatim Persija itu.
Merujuk pada pengalamannya melatih timnas kala terakhir kali meraih emas SEA Games 1991, hari-hari menjelang final adalah waktu di mana faktor non-teknis terasa begitu kencang. Beruntung, saat itu, Indonesia berhasil mengalahkan Thailand di final melalui adu penalti. Sebelum final itu digelar, banyak orang yang ingin menemuinya. Tapi, dia menolaknya. Manila yakin, banyak orang-orang yang ingin bertemu dengannya saat itu adalah bandar judi yang akan menyogoknya.
Menurutnya, ofisial dan tim pelatih harus melakukan langkah preventif akan kekhawatirannya itu tidak terbukti. Para pemain harus diisolasi. Tidak boleh menerima telepon dari siapa pun, tidak boleh memberikan keterangan kepada pers. Tujuannya, agar saat bertanding mereka benar-benar berkonsentrasi saat berada di lapangan.
Kekhawatiran terhadap bandar judi juga pernah dikeluhkan mantan Presiden Federasi Sepakbola Filipina (PFF) Johnny Romualdez menjelang laga semifinal AFF antara Filipina versus Indonesia. Saat itu Johnny Romualdez meminta tim Filipina waspada karena bandar judi ingin memanipulasi skor.
Ia mencium adanya upaya sabotase yang dilakukan bandar judi, yang berupaya memanipulasi skor pertandingan dengan cara penyuapan bahkan meracuni makanan pemain.
“Mereka (bandar judi) akan memasang keunggulan 3-5 gol (untuk Indonesia). Mereka pasti akan menghalalkan segalanya untuk melemahkan tim lawan.Dalam pertandingan menuju ke semifinal, saya melihat pemain dari satu tim berpesta dengan gadis-gadis di malam hari. Anda lalu bertanya-tanya siapa yang mengirim gadis-gadis itu,” katanya seperti dikutip Philstar.
“Kemudian, ada bahaya keracunan makanan. Aku tahu saat tim nasional bermain di luar negeri, mereka membawa seorang koki yang membeli makanan dari pasar dan memasak untuk para pemain sehingga mereka tidak tergantung pada makanan yang disediakan oleh tuan rumah. Mereka (bandar judi) bisa menyabotase makanan Anda,” tambahnya.
Namun, lebih daripada itu, judi di Malaysia yang terletak di Genting Highlands, memang sudah dikenal luas di mancanegara. Inilah Las Vegas, Malaysia. Genting Highland adalah sebuah dataran tinggi di luar Kuala Lumpur, Malaysia. Terletak 2.000 meter dari Terletak 2.000 meter dari permukaan laut, Genting Highlands, menjadi lahan subur bagi penggemar taruhan, mereka berduyun-duyun datang ke sini, berwisata di resort sekaligus mengadu nasib.
Pada akhir Mei 2010, majalah Forbes menempatkan keluarga dibalik bisnis kasino ini dalam jajaran 40 orang kaya Malaysia. Lim Kok Thay, pemimpin Genting Group ditempatkan sebagai salah satu taipan terkaya. Total hartanya US$ 360 juta atau Rp 3,3 triliun.
Sedangkan, ibunya, Lee Kim Hua, 81 tahun, malah masuk peringkat keempat orang kaya Malaysia. Janda dari Lim Goh Tong yang memiliki enam anak ini memiliki harta 10 kali lipat dari anaknya, yakni sebesar US$ 4 miliar atau Rp 37 triliun.
Lim Goh Tong, pendiri Genting Group meninggal pada 23 Oktober 2007. Saat masih hidup, dia sangat populer di Malaysia. Dia dianggap sukses menyulap perbukitan “Genting Highlands” yang semula bukan apa-apa menjadi salah satu resort wisata dan pusat kasino paling sukses di dunia. Di sini, banyak tukang judi dari berbagai negara mempertaruhkan duitnya.
Kini, bisnis Lim Goh Tong diteruskan oleh anaknya Lim Kok Thay yang sudah terlibat sejak 1976, saat masih berusia 24 tahun. Kok Thay menyelesaikan pendidikan sarjana Teknik Sipil dari University of London serta mengikuti program manajemen dari Harvard University pada 1979.
Di bawah kendali Kok Thay, bisnis Genting Group berkembang keluar Malaysia. Sayap bisnis kasinonya melebar ke Inggris, Macau, Phillipina dan sekarang Singapura. Beberapa tahun lalu, Lim menjadi pemegang saham Star Cruises Ltd, perusahaan yang terdaftar di bursa Hong Kong. Star Cruises mengakuisisi Macau Land Investment Corporation yang disebut-sebut juga mengembangkan bisnis kasino.
Bahkan, pada 2008, di Phillipina, Star Cruises mengambil alih saham Travellers International Hotel Group, juga akan mengembangkan kawasan hotel dan kasino di Philipina.
Tahun ini, dia membuka resort lengkap di Pulau Sentosa di Singapura. Di sana ada empat hotel, universal studio dan kasino. Grup bisnis ini juga mengelola kasino di Inggris.
Lepas dari segala hal di atas, menjelang laga final kedua di stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada 29 Desember mendatang. Semua official dan para pemain timnas harus di karantina. Agar persoalan nonteknis yang bisa merusak konsentrasi dan permainan bisa disingkirkan. Kita tentu berharap timnas tidak menjadi bagian dari permainan panas para bandar judi yang selalu menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntung.
Gawang Timnas Ditaburi Serbuk
PSSI terus mencari penyebab utama nonteknis yang membuat timnas Indonesia menelan kekalahan 0-3 dari tuan rumah Malaysia. Setelah laser yang menyorot mata kiper Indonesia Markus Haris Maulana, PSSI juga menemukan serbuk di depan gawang kiper.
Pernyataan itu ditegaskan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid. Ia menegaskan, serbuk itu mengakibatkan Markus dan pemain belakang Indonesia gatal-gatal. Menurut tim dokter PSSI, serbuk itu menyebabkan alergi yang menyebabkan gatal-gatal bila terkena kulit.
“Markus sampai mengalami bengkak-bengkak,” kata Nurdin yang mengunjungi latihan tim nasional di lapangan PSSI, Senin (27/12) sore.
Sejauh ini tim PSSI sudah menyelidiki temuan serbuk yang dianggap aneh itu dan akan menindaklanjutinya. Masalah serbuk tersebut juga sudah disampaikan ke pihak penyelenggara pertandingan di Malaysia. Nurdin juga mengaku tim nasional Indonesia sudah mengalami teror sejak di bus saat menuju Stadion Nasional Bukit Jalil.
0 komentar:
Posting Komentar