Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X, mengirimkan adiknya GBPH Prabukusumo dan putri sulungnya GKR Pembayun untuk menghadiri pemakaman Mbah Marijan, seorang abdi kraton yang sampai akhir hayatnya bertugas menjadi juru kunci Merapi. Prosesi pemakaman Mbah Marijan sendiri berlangsung sederhana, namun dihadiri sekitar 1.000 pelayat.
Gusti Prabu dalam sambutan pemakaman tersebut kembali menyatakan bahwa Kraton Yogyakarta turut berbelasungkawa atas meninggalkan Mbah Marijan. ”Beliau begitu setia menjaga amanat keraton untuk menjaga budaya keraton di lereng Merapi hingga akhir hayatnya,” kata Gusti Prabu.
Mbah Marijan dimakamkan Kamis di Dusun Srunen, Desa Glagahharjo, Cangkringan. Leluhur dan keluarga Mbah Marijan memang umum dimakamkan disana, termasuk kakek Mbah Marijan yang bernama Parto Setiko.
Empat kerabat Mbah Marijan yang juga tewas pada erupsi Merapi Senin lalu juga dimakamkan di TPU Srunen itu. Mereka adalah Ngudi (adik ipar Mbah Marijan), Nurudi (anak almarhum Ngudi), serta Mursiam dan Nurul (balita umur 2,5 tahun).
Istri Mbah Marijan, Ponirah (73 tahun) hadir pada pemakaman suaminya ini. Selain para keluarga, tampak juga hadir Bupati Sleman Sri Purnomo. Seorang tokoh NU di Sleman, Noor Jamil, saat prosesi pemakaman Mbah Maridjan, mengajak seluruh hadirin mendoakan semua korban Gunung Merapi.
”Menopo Mbah Marijan niku tiyang sae? (Apakah Mbah Maridjan itu orang baik?)” kata Noor Jamil, bertanya pada hadirin pelayat. ”Sae,” hampir bersamaan jamaah pelayat memberikan jawabannya.
Sebelum pemakaman Mbah Marijan ini, 20 jenazah korban Merapi lain dimakamkan secara massal di TPU Dusun Sidorejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan. Pemakaman itu dipimpin langsung Bupati Sri Purnomo. Jenazah dimasukkan dalam liang makam berukuran besar. Kemudian jenazah yang sudah dimasukkan dalam peti mayat itu diletakkan berjajar dua.
Di pemakaman itu diberikan penanda nama-nama almarhum. ”Kita semua berduka atas bencana ini. Semoga kejadian ini menjadi pelajar berharga dan ke depan penanggulangan bencana Gunung Merapi bisa lebih baik,” ungkap Bupati Sleman.
Mereka yang dimakam secara massal adalah Sarno Utomo, Imam Nurkholis, Slamet Widodo, Imam/Rahmat, Ny Emi, Ny Mufita, Andriyanto, Cipto Sumarjo, Cipto Sumarjo, Ny Sunarti alias Yunarti, Ny Sarworejo, Wiyono, Ny Pujo, Muji/Adi Wiyono, dan Harno Wiyono, Sugiman, Sadjiman, Ny Puji Sarono, Wahono Suketi, dan Suranto.
Kamis, 28 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar